Pemprov Papua Tengah Mengapresiasi Peran Pedagang Tradisional Dalam Menekan Inflasi

PapuaTengahNews
28 Jun 2024 15:15
3 menit membaca

PAPUATENGAHNEWS.COM, NABIRE – Pemerintah Provinsi Papua Tengah memberikan apresiasi para pedagang tradisonal di Kabupaten Nabire yang ikut berperan dalam menekan harga inflasi.

Hal itu diketahui dalam catatan di Badan Pusat Statistik (BPS) di Provinsi Papua Tengah dengan angka inflasi Year on Year (y-on-y) mencapai 5,39 persen.

Penjabat Sekda Provinsi Papua Tengah, Anwar Harun Damanik, S.STP., MM mengatakan, komoditi pangan seperti cabai tomat dan bawang merupakan komoditi penyumbang naiknya angka inflasi di Provinsi Papua Tengah yang saat ini angka inflasi y-on-y khusus di Kabupaten Nabire berada di angka 7,58 persen.

Anwar menjelaskan dari hasil pengamatan di pasar tradisonal seperti di Pasar Kalibobo saat ini harga komoditi pangan seperti cabai, tomat dan bawang sudah mulai turun dan mendekati harga normal.

“Dari hasil pengamatan kami di pasar, setok komoditi pangan seperti cabai, tomat dan bawang saat ini baik. Bahkan para pedagang melakukan inovasi seperti cabai frozen, sehingga dapat mencegah kerusakan. Selain itu para pedagang juga dapat memperbanyak setok. Langkah-langkah ini tentu patut kita berikan apresiasi,” jelasnya.

Dirinya menerangkan cabai merupakan komoditi pangan penyumbang inflasi tertinggi di Papua Tengah. Beruntungnya berkat inovasi yang dilakukan para pedagang di Kabupaten Nabire, kini harga cabai bisa mencapai Rp 60.000 perkilogram.

“Kita akan terus berkoordinasi dengan semua stahkolder untuk menurunkan angka inflasi. Selain itu kita berharap para petani juga meningkatkan hasil panennya, sehingga kedepan setok pangan kita bisa diperoleh petani lokal,” ujarnya.

Harga Komoditi Pangan di Pasar Kalibobo seperti cabai rawit saat ini berada di harga Rp 50.000/kg, cabai merah Rp 70.000/kg, bawang merah dan bawang putih Rp 50.000/kg dan tomat Rp 25.000/kg. Komoditi pangan ini kebanyakan didatangkan dari Makasar dan Surabaya.

“Dengan melakukan metode cabai frozen, membuat kita lebih leluasa memperbanyak setok. Kita sudah tidak takut dagang rusak atau busuk. Selain itu banyak juga peminatnya. Walau kita harus menyiapkan freezer dan tenaga untuk memetik tangkai cabai. Tapi ini efektif untuk menekan harga dan kelangkahan,” ungkap Pak Salam salah seorang pedagang di Pasar Kalibobo, Jumat (28/6/2024).

Pak Salam mengaku, harga modal jika dibeli dari petani lokal di Nabire saat ini berada di kisaran Rp 120.000. Namun, dengan mengunakan metode frozen ini pihaknya tetap membeli dan menjualnya dengan harga murah.

“Memang kalau petani lokal menjual dengan harga tinggi. Namun kita tetap membelinya dan digabung dengan setok cabai yang kita beli dari Makassar. Ini kita lakukan untuk menstabilkan harga dan mencegah kelengkahan cabai. Bahkan guna menekan harga cabai yang sempat diangka Rp 100.000 dibulan lalu, kita memperbanyak setok dengan pengiriman pesat,” katanya.

Sedangkan Gunarti, pedagang lainnya di Pasar Kalibobo menuturkan metode cabai frozen ini sangat membantu menstabilkan setok. Kini pihaknya bisa mendatangkan cabai dari Pulau Jawa dengan jumlah yang besar.

“Kita di Nabire inikan bahan pangan masih banyak bergantung dari daerah di luar Papua. Sementara pengirimannya dengan menggunakan kapal dan memakan waktu. Cabai itu gampang rusak, namun dengan kita bekukan dapat bertahan 1 bulan,” tuturnya.

Ia menerangkan para pedagang juga senang membeli cabai frozen. Pasalnya cabai tersebut tinggal di olah, lantaran tangkainya sudah dipetik. “Saat ini saya sudah memiliki freezer 9 unit, sehingga dapat membuat setok yang banyak, guna mencegah terjadinya kelangkahan yang mengakibatkan harga melonjak,” pungkasnya. (***)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    xbanner 1384x1600


    xbanner 1384x1600


    x